Sebagaimana telah dijelaskan pada tulisan tulisan kami sebelumnya , artikel ini mencoba untuk mengupas lebih lanjut mengenai ragam corak s...

Mengenal Ragam Motif Sarung Indonesia

Sebagaimana telah dijelaskan pada tulisan tulisan kami sebelumnya, artikel ini mencoba untuk mengupas lebih lanjut mengenai ragam corak sarung tenun yang ada dan tersebar di seleuruh indonesia.
Tulisan ini merupakan rangkuman dari berbagai sumber yang kami coba tulis kembali dengan bahasa yang berbeda.
 Sarung Ulos – khas Sumatera Utara
Ulos dari bahasa asalnya berarti kain, Ulos atau atau yang lebih dikenal dengan kain ulos merupakan salah satu busana khas indonesia yang berasal dari masyarakat batak sumatra utara. Proses pembuatan kain ini sama dengan pembuatan kain tradional pada umumnya, yaitu menggunakan Alat Tenun Bukan Mesin. Sampai saat ini Ulos masih lekat dengan budaya masyarakat Batak. Motif atau "ragi" pada ulos memang ada beragam, tapi ada bagian yang jadi ciri utama sekaligus pembeda dengan ulos lain.
Beberapa corak kain ulos antara lain:
  • Ulos Mangiring

punya ragi saling beriringan yang melambangkan kesuburan dan kesepakatan. Ulos ini diberikan oleh orang tua pada cucunya sebagai ulos Parompa.
  • Ulos Bintang Maratur

ulos dengan ragi barisan bintang yang beraturan sebagai lambang orang yang patuh, tekun, setia, atau ikatan kekeluargaan. Ulos ini dapat diberikan pada orang yang melahirkan anak pertama.
  • Ulos antakantak

Ulos yang dipakai sebagai kain yang dililit pada saat acara manortor (menari), ulos antakantak juga dijadikan selendang orang tua saat melayat orang yang meninggal dunia,
  • Ulos ragi hotang

Ulos yang diberikan kepada sepsang pengantin yang sedang melaksanakan pesta adat atau lebih familiar dengan sebutan Ulos Hela. Hal ini sebagai tanda bahwa orang tua pengantin perempuan telah menyetujui putrinya diperistri oleh laki-laki yang disebut hela (menantu)
Sarung Tenun Samarinda – khas Kalimantan Timur
Kerajinan tenun sarung tenun samarinda pada mulanya dibawa oleh pendatang suku Bugis dari Sulawesi yang berdiam di kawasan Tanah Rendah (sekarang bernama Samarinda Seberang) pada tahun 1668. Sarung tenun Samarinda dibuat dengan cara tradisional menggunakan alat tenun bukan mesin (ATBM) yang disebut "gedokan". Perlu sampai dengan hari untuk membuat satu sarung. Ciri khas yang juga menjadi keunggulan sarung khas samarinda adalah bahan bakunya yang hampir semuanya menggunakan sutra khusus yang didatangkan dari cina. Sehelai sarung yang dihasilkan pengrajin biasanya memiliki lebar 80 centimeter dan panjang 2 meter. Dengan ukuran sarung sebesar itu pasti ada jahitan sambungan di bagian tengahnya yang dibuat dengan menggunakan tangan
Adapun motifnya, sarung samarinda lebih didominasi oleh Motif-motif geometris (kotak-kotak). Di sana juga dikenal motif Soeharto. Dulu, mantan Presiden RI ini pernah berkunjung ke Samarinda. Ia menyukai sarung tenun Samarinda bermotif kotak-kotak kecil aneka warna. Sejak saat itu, motif kotak-kotak kecil ini dinamakan motif Soeharto.
Beberapa corak kain kain tenun samarinda antara lain
  • Labba suasa

Corak labba suasa adalah corak yang terdiri dari 2 warna, yaitu warna hitam dan putih. pada tepi atau sisi sarung diberi corak warna merah. corak yang pertama kali dibuat oleh para pengerajin tenun Samarinda.
  • Corak Kamummu (Hatta)

Corak Kamummu (Hatta) yaitu warna biru yang dikombinasikan dengan warna hitam. penamaan corak Hatta ini tidak terlepas dari faktor sejarah. wakil presiden Dr. Mohammad Hatta saat berkunjung ke Samarinda, dan oleh Koperasi RUWI menyerahkan sarung samarinda bercorak Kamummu kepada Moh. Hatta, sejak saat itulah corak Kamummu disebut juga corak Hatt.
  • Anyaman Palupuh (Tabba)

Corak anyaman palupuh disebut juga corak tabba. corak ini terdiri dari 2 macam: yaitu tabba biasa dan tabba galak. disebut anyaman palupuh karena corak ini menyerupai bambu. Tabba atau palupuh artinya bambu.
Disamping tiga corak diatas ada banyak corak menarik lainnya dari sarung samarinda: Assepulu Bolong, Rawa-rawa Masak, Coka Manippi, Billa Takkajo, Garanso, Burica

Sarung Tenun Goyor - Jawa Tengah
Sarung tenun goyor berasal dari Jawa Tengah dan tersohor hingga Timur Tengah. Teknik tenun membuat sarung begitu istimewa serta punya nilai seni tinggi. Meski dibuat dengan teknik tenun, sarung ini tak kaku, halus dan punya beragam motif indah.  Ada dua jenis sarung tenun goyor yang terkenal di Jawa Tengah, yaitu: sarung tenun goyor botolan dan sarung tenun goyor werengan.
Motif yang terdapat pada jenis sarung tenun goyor botolan yaitu: bintang, kawung, melati, mawar, kuncup bunga, bunga setengah mekar, bunga mekar, bunga empat kelopak, bunga enam kelopak, daun, daun waru, tiga daun waru, rantai bunga, garis vertikal, garis horizontal, garis dll. Sedangkan motif yang terdapat pada jenis sarung tenun goyor werengan yaitu: kuncup bunga, bunga setengah mekar, bunga mekar, bunga empat kelopak, bunga enam kelopak, daun, gabungan segitiga dan belah ketupat, Botol A.R.A. Bagus, Dunia Tibeh Super. Warna yang diterapkan pada kerajinan sarung tenun goyor Jawa Tengah adalah merah, hijau, biru, hitam, coklat, putih, dan kuning.
 Sarung Sutera Bugis - Sulawesi Selatan
Sarung ini sempat hits tatkala film "Athirah" yang disutradarai Riri Riza muncul di layar perak. Nuansa budaya Bugis yang kental dari penggunaan dialek Sulawesi Selatan dan unsur-unsur budaya Bugis termasuk sarung sutera Bugis. Sarung ini biasa untuk padanan baju bodo, pakaian tradisional Bugis.
Motif sarung sutera Bugis berupa kotak-kotak, juga garis-garis yang membentuk segitiga. Dulu, motif ini menunjukkan sang pemilik sudah menikah atau masih lajang. Motif Ballo Renni berupa kotak-kotak berukuran kecil dan berwarna cerah dipakai wanita yang belum menikah. Sedangkan motif Balo Lobang punya ukuran kotak lebih besar dengan warna merah terang atau merah keemasan. Motif ini dipakai pria Bugis yang belum menkah.
Seiring perkembangan, sarung sutera Bugis tak hanya digunakan sebagai padanan baju bodo. Sarung yang awalnya dipakai pada upacara adat, kini juga digunakan untuk keseharian. Tak semua wanita yang mengenakan sarung motif Ballo Renni masih lajang.
Sarung Tenun Gringsing - Bali
Bali tidak hanya menjadi pulau yang istimewa lantaran pariwisata-nya yang mendunia dan terbaik di indonesia. Pasalnya, Pulau Dewata ini memiliki beragam budaya dan ciri khas yang tak hentinya membuat kita semakin takjub dan bangga. Adalah kain gringsing, tenun ikat tradisional khas Bali yang disinyalir sebagai hasil karya suku Bali Aga (Bali asli). Yang istimewa, kain gringsing merupakan satu-satunya tenun yang dibuat dengan teknik dobel ikat di Indonesia. Di dunia sendiri teknik ini hanya akan ditemui di Jepang dan India.
Jika ditelisik dari namanya, kain gringsing merupakan penggabungan dua kata, gring artinya sakit sedangkan sing berarti tidak. Bila digabungkan memiliki arti tidak sakit. Ada juga kepercayaan bila orang yang menggunakan kain ini akan terhindar dari penyakit. Bahkan ada yang menyebutkan bila kain ini mampu menolak mara bahaya. Sesuai dengan makna kain gringsing, di Bali kain ini sering disertakan pada upacara adat dan ritual keagamaan.

Perlu diketahui Proses Pembuatan Kain Gringsing menggunakan teknik dobel ikat atau tenun ikat ganda dimana teknik ini dianggap sebagai salah satu teknik tersulit dan membutuhkan waktu pembuatan yang lama. Berbeda dari pembuatan kain tenun lainnya, pada teknik dobel ikat baik benang pakan dan benang lungsi sama-sama dicelup pada proses pewarnaan. Kemudian benang diikat dan ditenun secara bersamaan. ain gringsing umumnya memiliki motif yang terinspirasi dari flora dan fauna. Sementara untuk warna hanya ada tiga warna yang disebut tridatu, yaitu warna merah, kuning dan hitam. Ketiga warna tersebut berasal dari campuran bahan-bahan alami.

*artikel ini disadur dari berbagai sumber baik online dan ofline refrences. 

sarung bugis

sarung grinsing bali

sarung ulos batak

sarung goyor jawa tengah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar